KRETINISME
A. Pengertian
a)
Kretinisme adalah suatu kondisi akibat hipotiroidisme
ekstrem yang di derita selama kehidupan janin, bayi, atau kanak-kanak, dan
terutama di tandai dengan gagalnya pertumbuhan tubuh anak tersebut dan
retardasi mental
b)
Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak.
Ini terjadi akibat kurangnya hormon tiroid. Penderita kelainan ini mengalami
kelambatan dalam perkembangan fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita
sejak lahir atau pada awal masa kanak-kanak
c)
Kretinisme yaitu perawakan pendek akibat kurangnya hormon
tiroid dalam tubuh
d)
Kretinisme merupakan hipotiroidisme yang berat terjadi
sewaktu bayi. Penderita menjadi cebol dan imbisil. Terjadi pada umur 2-3 bulan
dengan gejala lidah tebal, kedua mata lebih besar dari biasa, somnolen, kulit
kasar kekuningan, kepala besar, suara serak, sering konstipasi, ekspresi
seperti orang bodoh
B. Klasifikasi
1.
Kretin Endemik
Istilah
kretinisme mula-mula dignakan untuk bayi yang lahir pada daerah-daerah dengan
asupan iodium yang rendah serta goiter endemik. Kretin endemik merupakan
kelaianan akibat kekurangan iodium yang berat pada saat masa fetal dan
merupakan indikator klinik yang penting bagi gangguan akibat kekurangan iodium.
Tanda-tanda
klinis yang menonjol, yaitu :
- Retardasi mental,
- Postur pendek,
- Muka dan tangan tampak sembab,
- Sering kali dengan tuli mutisme dan tanda-tanda
kelainan neurologis,
- Median kadar iodium urin <25 Miu g/L.
Kretin
endemik yang disebabkan kekurangan yodium mencakup 3 hal, yaitu: Epidemiologis, klinis dan pencegahan. Secara epidemiologis kretin endemik selalu berhubungan
dengan defisiensi yodium yang berat dan secara klinis gejalanya disertai dengan
adanya defisiensi mental. Defisiensi mental meliputi gejala neurologisyang
terdiri atas gangguan pendengaran dan berbicara, gangguan berjalan, sikap
berdiri yang khas,gejala yang menyolok lain adalah gangguan pertumbuhan (cebol)
dan hipotiroidisme, Dari sisi pencegahan, kretin endemik dapat dicegah dengan
menggunakan iodium, dan jika hal ini dilakukan dengan adekuat maka terjadinya
kretin endemik dapat dicegah.
Seseorang dikatakan kretin
endemik apabila dia menunjukan gejala dua atau lebih dari tiga gejala ini,
yaitu retardasi mental, tuli perseptif nada tinggi, gangguan neuromuskuler. Kretin
endemik dapat disertai atau tidak disertai dengan hipotiroidisme.
a)
Kretin Endemik
Tipe Nervosa
Ditandai dengan : Retardasi mental yang sangat berat, gangguan pendengaran
dan bisu tuli, starbismus, adanya sindrom paresis sistem piramidalis khususnya
tungkai bawah dan kadang-kadang disertai sindroma ekstrapiramidalis, sikap
berdiri dan cara berjalan yang khas,spastik dan ataksik, kadang – kadang sampai
tidak mampu berdiri. Utamanya adalah defisiensi intelektual, tuli yang
menggambarkan keterlibatan neocortex, cerebri, ganglion badal dan cocklea.
b)
Kretin Endemik
Tipe Miksedematosa
Ditandai dengan : Retardasi
mental dengan derajat yang lebih rendah dari tipe nervosa, adanya tanda-tanda
hipotirpidi klinik : tubuh sangat pedek(cebol), miksedema, kulit kering,rambut
jarang, perkembangan seksual terlambat. Kadang disertai gangguan neurologik,
yaitu spastisitas tungkai bawah, refleks plantaris, serta ganguan cara
berjalan.
2.
Kretin
Sporadik/Hipotiroid Kongenital
Kretin sporadik atau dikenal juga sebagai hipotiroid kongenital berbeda
dengan kretin endemik. Penyebab terjadinya kretin sporadik adalah kekurangan
hormon tiroid pada bayi baru lahir oleh karena kelainan pada kelenjar tiroid,
seperti tidak adanya kelenjar tiroid(aplasia), kelainan struktur kelenjar
(displasia, hipoplasia). Lokasi abnormal ( kelenjar ektopik ) atau
ketidakmampuan mensintesis hormon karena gangguan metabolik kelenjar tiroid.
Kelaianan tersebut dapat terjadi di kelenjar tiroid sehingga disebut hipotirid
kongenital primer. dan jika di
batang otak (hipofisis atau hipotalamaus) maka disebut hipotiroid sekunder atau
tersier.
C.
ETIOLOGI
1.
Kretin
Endemik
Kretinisme Endemik merupakan kelainan akibat
kekurangan iodium yang berat pada saat masa fetal dan merupakan indikator
klinik yang penting bagi gangguan akibat kekurangan iodium. Karena kerusakan otak derajat berat akibat defisiensi
iodium selama masa fetal.
defisiensi hormon tiroid yang terjadi pada ibu hamil serta janinnya pada
awal trimester ke-2 kehamilan, otak mengalami perubahan yang amat cepat
terhadap kekurangan yodium dimana pada saat itu hormon tiroid ibu tidak
cukup,padahal kelenjar tiroid janin belum berfungsi secara adekuat sehingga
dapat menyebabkan kerusakan pada susunan saraf pusat atau timbul kelainan kretin nervosa.
2. Kretin Kongenital/ Sporadik
Kretin sporadik atau dikenal juga sebagai hipotiroid kongenital berbeda
dengan kretin endemik. Etiologi kretin sporadik bukan karena defisiensi yodium
tetapi kelenjar tiroid janin yang gagal dalam
memproduksi hormon tiroid secara cukup karena berbagai macam sebab.Penyebab
terjadinya kretin sporadic atau hipotiroid congenital adalah kekurangan hormon
tiroid pada bayi baru lahir oleh karena kelainan pada kelenjar tiroid seperti
tidak adanya kelenjar tiroid (aplasia), kelainan stuktur kelenjar
(diplasia,hipoplasia), lokasi abnormal (kelenjar ektopik) atau ketidakmampuan
mensintesis hormon karena gangguan metabolik kelenjar tiroid
(dishormonogenesis). Kelainan tersebut dapat terjadi di kelenjar tiroid
sehingga disebut hipotiroid kongenital primer, dan jika terjadi di otak
(hipofisis atau hipotalamus) maka disebut hipotiroid sekunder atau tersier.
Kekurangan hormon tiroid juga dapat bersifat sementara (transient) seperti pada
keadaan difesiensi yodium, bayi prematur maupun penggunaan obat antitiroid yang
diminum ibu.
D.
FAKTOR RISIKO
Gen : Akan lebih berisiko anggota keluarga yang terkena tumor
hipofisis. Umur : Pada Kretinisme anak-anak lebih berisiko disbanding orang dewasa.
E.
PATOGENESIS
Patogenesis kretin endemik diduga karena kerusakan otak
derajat berat akibat defisiensi iodium selama masa fetal. Hal ini terjadi
karena defisiensi hormon tiroid yang terjadi pada ibu hamil serta janinnya.
Pada awal trimester ke-2 kehamilan, otak mengalami perubahan yang amat cepat
dan amat vulnerabel terhadap kekurangan yodium dimana pada saat itu hormon
tiroid ibu tidak cukup, padahal kelenjar tiroid janin belum berfungsi secara
adekuat sehingga bisa timbul kelainan kretin nervosa. Hormon tiroid ibu selama
kehamilan sangat penting karena pada awal kehamilan hormon tersebut ditransfer
ke pada janin.
Kretin miksedematosa terjadi karena defisiensi hormon
tiroid pada tremester ke-3 sampai masa post natal atau defisiensi iodium
meternal dan fetal yang masih diteruskan post natal. Dimana pada fase ini
fungsi kelenjar tiroid janin sudah mulai mengambil peranan.
F.
MANIFESTASI KLINIS
KRETINISME
1.
KRETIN ENDEMIK
Gangguan perkembangan fisik
(cebol), Bibir dan lidah
tebal,Jarak antara
kedua mata lebih besar, Kulit
kasar dan kering, Muka
bulat (moon face), Pertumbuhan
tulang terlambat, Tumbuh
gigi terlambat, Pertumbuhan
terlambat seperti Tinggi badan dan Berat badan, Menurunnya kematangan
hormone gonad, Rambut
kepala kasar dan rapuh, Biasanya
terjadi penurunan IQ, Susah
konsentrasi, Gangguan
sistem indra.
2.
KRETIN SPORADIK/ KONGENITAL
Pertumbuhan tinggi badan terganggu/cebol ,Suara tangis berat/parau,Lidah
membesar,Hipoplasia hidung ,Kulit kasar dan kering ,Hernia umbilikalis ,Reflek
tendon menurun dan terlambat, Gangguan neurologik.
G. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a.
Neonatal Hypothyroid Index (NHI, Quebec)
Konstipasi
|
Tidak aktif
|
Hipotoni
|
Hernia
umbilikalis
|
Kulit kering
|
Lidah besar
|
Bercak
pada kulit
|
Ubun-ubun
kecil terbuka
|
Muka sembab yang khas
|
|
Apabila terdapat indeks 4 dicurigai adanya hipotiroid.
b.
Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Ditujukan untuk mengetahui
fungsi pendengaran dan fungsi motorik anak, dilakukan oleh dokter dengan
berpedoman pada kuesioner.Pemeriksaan fungsi pendengaran mengacu pada tes daya
dengar yang dibuat Depkes.Batas normal TSH bloodspot 0.7-34 μU/ml dan FT4 bloodspot
8.0-23 μg/dl. Pemeriksaan
laboratorium pada hipotiroid kongenital/kretin sporadik menunjukkan kadar TSH
yang tinggi seringkali lebih dari 100 miuU/ml dan kadar serun T4 yang rendah. Pada hipotiroid
kongenutal sering kali disertai dengan pembesaran kelenjar gondok (goiter)
seperti defisiensi yodium dan dishormonogeneais.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS & NON MEDIS
1.
Pemberian
Obat
Levothyroxine
disarankan untuk pengobatan. Telah direkomendasikan aman, efektif, murah, mudah
dikelola, dan mudah dipantau.
Sediaan
hormon dalam bentuk pil dapat diberikan dengan tepat. Pil dapat hancur dalam
sendok, dilarutkan dengan sedikit ASI, air, atau cairan lainnya segera sebelum
pemberian, dan diberikan kepada anak dengan jarum suntik atau pipet.
Pil
tidak boleh dicampur dalam botol penuh susu formula.
2.
Interaksi
Hormon Tiroid dengan Obat Lain
Hormon tiroid
dapat meningkatkan kadar glukosa darah, sehingga mungkin diperlukan penyesuaian
dosis insulin atau agens hipoglikemik oral.
3.
Pencegahan
Suplemen diet iodida
dapat mencegah gondok endemik dan kretinisme, tetapi tidak hipotiroidisme
kongenital sporadis.Iodisasi garam adalah metode biasa, namun minyak goreng,
tepung, dan air minum juga telah diiodinasi untuk tujuan ini. Suntikan intramuskular long-acting
minyak beryodium (lipiodol) telah digunakan di beberapa daerah, dan lipiodol
juga bisa efektif.
4.
Skrining
Hipotiroid Kongenital
Deteksi dini kelainan bawaan melalui skrinig bayi baru
lahir merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan generasi lebih baik.Skrining
atau uji saring bayi baru lahir (Neonatal Screening) adalah tes yang
dilakukan pada bayi yang berumur beberapa hari untuk yang memilih bayi yang
menderita kelainan kongenital dari bayi yang sehat.
Skrining hipotiroid kongenital dilakukan dengan
mengambil sampel darah kapiler dari permukaan lateral kaki bayi atau bagian
medial tumit, pada hari ke 2 sampai 4 setelah lahir.Darah kapiler diteteskan ke
kertas saring khusus.Kertas saring tersebut dikirim ke laboratorium yang
memiliki fasilitas pemeriksaan Thyroid-Stimulating Hormone (TSH). (UKK
Endokrinologi IDAI, 2014).
I.
KOMPLIKASI
1.
Pengaruh Hipotiroidisme Pada Sistem Kardiovaskular
Kelainan kardiovaskular pada
pasien hipotiroidisme di antaranya yaitu gangguan pada kontraktilitas jantung
dengan penurunan curah jantung, peningkatan resistensi pembuluh darah perifer,
dan penurunan volume darah.
Adanya peningkatan
resistensi pembuluh darah perifer pada hipotiroidisme merupakan akbat dari
kekurangan hormon tiroid.
Peningkatan resistensi
pembuluh darah sistemik pada hipotiroidisme ini menyebabkan penurunan kebutuhan
akan oksigen dari jaringan perifer, yang akhirnya mengakibatkan peningkatan
afterload jantung.
Hal ini akan diikuti dengan
adanya penurunan curah jantung dan denyut jantung.Efek terhadap tekanan darah
juga terlihat dengan peningkatan tekanan diastolik dan penurunn tekanan
sistolik, sehingga tekanan nadi juga berkurang.
2.
Pengaruh Hipotiroidisme Pada Sistem Pernafasan
Beberapa kelainan pada fungsi pernafasan pasien
hipotiroidisme yaitu adanya penurunan kapasitas pernafasan maksimal dan
kemampuan untuk menyebarkan karbon monoksida. Kemampuan untuk mengatasi keadaan hipoksia ventilasi
pada hipotiroidisme sangat rendah, dan pengendalian terhadap hiperkania
ventilasi juga sangat sering terganggu. satu dari banyak faktor yang
terlibat sebagai penyebab fungsi pernafasan adalah adanya kelemahan otot
pernapasan.
Gangguan fungsi pernafasan
ini merupakan hasil dari perubahan intrinsik (seperti yang disebabkan oleh
ekspresi gen yang berubah dari produk gen dalam sel-sel otot) dan disfungsi
dari saraf frenikus.Efek langsung hipotiroidisme terhadap fungsi paru tidak
ada.Hormon ini mempengaruhi surfaktan oleh sel pneumocytes tipe II.Hal ini akan
menyebabkan terjadinya kerusakan paru dan perburukan fungsi paru.Penggunaan
obat penenang, narkotika, dan hipnotik harus dihindari atau dikurangi hingga
dosis minimum.Keadaan hipotiroidisme ini memperlambat metabolisme obat sehingga
hal ini dapat memicu kegagalan pernafasan.
3.
Pengaruh Hipotiroidisme Pada Sistem Pencernaan
Hipotiroidisme dapat
mengalami konstipasi kronik, atoni dan hipomoliti dari saluran gastrointestinal
yang dapat berlanjut menjadi ileus paralitik atau ileus miskedema. Distensi yang
berat dari bagian lain di saluran pencernaan (misalnya, kerongkongan, perut,
dan duodenum) juga bisa terjadi.
J. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Gangguan
Citra Tubuh b.d Perubahan fungsi tubuh
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kelemahan
sendi dan otot
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d anoreksi
K. DAFTAR PUSTAKA
Samsudin, M., Kumorowulan, S., dan Supadmi, S. 2014. Nilai
Diagnostik Indikator Fisik Dibandingkan Baku Emas Untuk Menegakkan Diagnosis
Terduga Kretin Pada Batita. MGMI Vol. 5 No. 2, Juni 2014.
Prasetyo dan Ridwan, M. 2015. Hipotiroid Kongenital.
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No. 2 Edisi Desember 2015 ISSN:
19779-469X.
Kumorowulan, S., dan Supadmi, S. 2010. Kretin
Endemik dan Kretin Sporadik (Hipotiroid Kongenital). MGMI Vo. 1 No. 3
Desember 2010: 78-119.
Smeltzer, S. C. 2016. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar